Seni Mendengar

Photo by Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/photo/pensive-ethnic-man-listening-to-answer-in-paper-cup-phone-3760607/

Kita diberi Allah dua telinga dan satu mulut. Seakan-akan mengingatkan kita bahwa mendengar lebih banyak itu lebih baik daripada berbicara lebih banyak. Mendengar merupakan salah satu seni berkomunikasi. Pada dasarnya manusia senang didengarkan dan kita semakin banyak memahami dengan mendengarkan. Bahkan dokter perlu mendengarkan tubuh manusia dengan stetoskopnya sebagai salah satu cara memastikan apakah pasiennya sehat atau sedang ada masalah pada tubuhnya. 

Banyak sekali cerita mengenai kejaiban mendengar. Sopir Albert Einstein itu lebih banyak mendengarkan ceramah Albert Einstein mengenai relativitas. Walhasil, dia sendiri bisa menyampaikan teori tersebut saat Albert Einstein berhalangan. Bahkan tidak jarang keterampilan mendengar ini yang perlu disampaikan dipelajari para marketing. Hal itu karena tidak jarang, ada penjualan terjadi karena sales lebih banyak mendengar keluh kesah calon pembeli sehingga pembeli merasa dihargai.

Beberapa teknik menjadi pendengar yang baik memang perlu dipelajari dan dipraktikkan. Pertama yaitu menghadap lawan bicara secara penuh. Bahasa non verbal seperti sikap tubuh ini dapat dimaknai bahwa kita menaruh perhatian kepada lawan bicara kita. hanya menoleh kepala atau bahkan bicara dengan membelakangi lawan bicara, ini sudah menunjukkan kurang atau tidak ada penghargaan.

Kedua ulangi perkataan pembicara, khususnya yang menarik bagi Anda, bagi pembicara karena terus diulang-ulang misalnya. Ini menunjukkan bahwa kita memperhatikan pesan atau keluhan yang disampaikan lawan bicara kita. Contohnya gini, "Tadi Anda mengatakan bahwa...", "Saya tertarik mengenai cerita Anda soal...", "Anda terus mengulang kata-kata....apa bisa dijelaskan apa yang Anda ingin tekankan sebenarnya?". Kalimat-kalimat seperti ini semakin meyakinkan bahwa kita mendengarkan dengan seksama, mendengarkan lahir batik. Tidak hanya keliatan mendengar tapi pikirannya di tempat lain.

Ketiga jangan sekali-sekali memotong pembicaraan lawan bicara. Ini jelas sudah mematahkan kepercayaan kepada Anda sebagai pendengar yang baik. Biarkan lawan bicara berhenti atau memberi jeda untuk mendengarkan umpan balik Anda. Menjadi komunikator yang efektif itu ketika tujuan komunikasinya tercapai seperti Anda ingin dipahami atau barang Anda ingin dibeli. Atau murid Anda ingin lebih banyak berdiskusi di kelas. Dalam konteks belajar mengajar, menjadi pendengar yang baik berarti menghidupkan kelas.

Keempat, ketika kita bertemu dengan orang baru, ada baiknya kita mempelajari profil orang yang akan kita temui agar nyambung pembicaraannya. Kita pelajari bidang ketertarikannya. Sebagai contoh jika kita ingin bertemu orang baru yang suka dengan keuangan, kita pelajari hal-hal itu sekalipun ilmu pengetahuan dasar soal keuangan. Seperti kalau kita mau bertemu dengan praktisi kesehatan, sempatkan untuk membaca isu kesehatan terkini agar pembicaraan Anda lebih hidup. Selamat mencoba.


Rate this article

Getting Info...

Posting Komentar

Copyright ©Strategi Komunikasi - All rights reserved.

Redesign by protemplates
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
More Details